Ucok, yang tinggal di ujung perumahan, datang ke rumah Udin.
"Gila, tetangga sebelah. Mentang-mentang rumahnya jauh dari warga lain, sepertinya bikin pesta, dan suaranya itu berisik banget" tuturnya.
Udin lalu menyahut. “Kasihan banget. Pasti kamu nggak tidur semalaman, ya?"
Ucok menukas,"Nggak juga, din. Soalnya aku juga pas main drum."
"Gila, tetangga sebelah. Mentang-mentang rumahnya jauh dari warga lain, sepertinya bikin pesta, dan suaranya itu berisik banget" tuturnya.
Udin lalu menyahut. “Kasihan banget. Pasti kamu nggak tidur semalaman, ya?"
Ucok menukas,"Nggak juga, din. Soalnya aku juga pas main drum."
Sesudah bertengkar hebat, suami Bu Dewi pergi dari rumah. Setelah dua hari suaminya tak pulang, sore itu Bu Dewi ke biro iklan.
"Mas, aku titip ini, tolong dimuat di iklan kecil, ya," kata Bu Dewi sambil menyerahkan lipatan kertas. Petugas biro iklan lalu membuka dan membacanya. "Mas, janganlah kembali lagi ke rumah. Saya sudah memaafkan segala kesalahanmu."
"Mas, aku titip ini, tolong dimuat di iklan kecil, ya," kata Bu Dewi sambil menyerahkan lipatan kertas. Petugas biro iklan lalu membuka dan membacanya. "Mas, janganlah kembali lagi ke rumah. Saya sudah memaafkan segala kesalahanmu."
Udin yang ngajar di sekolah dasar, sedang kesal dengan Anton. Siswa satu tersebut, akhir-akhir ini sering terlambat datang.
"Ton, ini untuk kelima kalinya kamu terlambat. Sebenarnya ada apa?" tanya Pak Udin. "Maaf, Pak," sahut Anton. "Itu gara-gara tanda."
Pak Udin bengong. "Itu Pak, tanda lalu lintas," tambah Anton. Pak Udin menyahut," Memangnya ada apa dengan tanda itu?" Anton menukas,"Tanda itu ada tulisannya ‘Awas sekolahan, jalan pelan-pelan’."
"Ton, ini untuk kelima kalinya kamu terlambat. Sebenarnya ada apa?" tanya Pak Udin. "Maaf, Pak," sahut Anton. "Itu gara-gara tanda."
Pak Udin bengong. "Itu Pak, tanda lalu lintas," tambah Anton. Pak Udin menyahut," Memangnya ada apa dengan tanda itu?" Anton menukas,"Tanda itu ada tulisannya ‘Awas sekolahan, jalan pelan-pelan’."
Seorang guru sejarah sedang memberikan pelajaran tentang pahlawan.
"Dari kisah perjuangan tadi, saya yakin, ada di antara kalian yang tidak setuju dengan perang," tanya Pak Guru. "Nah, siapa yang ingin memberikan alasan, kenapa perang harus ditentang."
Seorang murid di belakang mengacungkan jari. "Saya benci perang," jawab si remaja itu. "Sebab perang menciptakan sejarah, dan saya sangat tidak suka pelajaran sejarah."
"Dari kisah perjuangan tadi, saya yakin, ada di antara kalian yang tidak setuju dengan perang," tanya Pak Guru. "Nah, siapa yang ingin memberikan alasan, kenapa perang harus ditentang."
Seorang murid di belakang mengacungkan jari. "Saya benci perang," jawab si remaja itu. "Sebab perang menciptakan sejarah, dan saya sangat tidak suka pelajaran sejarah."
Udin sekeluarga berwisata ke kebun binatang.
"Lho, kok, monyet-monyetnya nggak kelihatan?" kata Udin. Seorang pria berseragam di dekat situ menjawab, "Oh, mereka masuk ke rumah pohon itu untuk kawin, Mas."
Udin menukas, "Pak, apa monyet-monyet itu mau keluar kalau diberi kacang?"
Si petugas kebun binatang menjawab, "Kalau anda sedang kawin, apakah anda mau keluar kalau diberi kacang?."
"Lho, kok, monyet-monyetnya nggak kelihatan?" kata Udin. Seorang pria berseragam di dekat situ menjawab, "Oh, mereka masuk ke rumah pohon itu untuk kawin, Mas."
Udin menukas, "Pak, apa monyet-monyet itu mau keluar kalau diberi kacang?"
Si petugas kebun binatang menjawab, "Kalau anda sedang kawin, apakah anda mau keluar kalau diberi kacang?."
Langganan:
Postingan (Atom)